Ketika
manusia moderen begitu bangga dengan kecerdasannya, temuan para ahli
menunjukkan volume otak manusia yang hidup 20.000 tahun lalu justru
lebih besar. Tidak tanggung-tanggung, selisihnya hampir sebesar bola
tenis.
Studi terbaru menunjukkan bahwa pasien penderita skizofrenia yang
menjalani pengobatan antipsikotik, seiring dengan waktu, berisiko
kehilangan sejumlah kecil jaringan otaknya.
Kesimpulan itu
didapat setelah adanya perubahan progresif pada volume otak pasien
skizofrenia. "Pada uji coba terhadap hewan baru-baru ini, terlihat bahwa
antipsikotik, pengobatan utama bagi pasien skizofrenia, bisa
menyebabkan pengurangan volume jaringan otak," kata para peneliti.
"Karena obat antipsikotik diresepkan untuk waktu yang lama bagi pasien
skizofrenia dan penggunaannya pada penanganan gangguan kejiwaan semakin
luas, sangat penting untuk mengetahui efek jangka panjang obat ini pada
otak manusia, kata peneliti seperti diberitakan dari Nature.com."
Beng-Choon Ho, MRCPsych, beserta koleganya di University of Iowa Carver
College of Medicine, Iowa, mempelajari sebanyak 211 pasien skizofrenia
yang menjalani neuroimaging setelah didignosis.
Setiap pasien
menjalani tiga kali magnetic resonance imaging (MRI) selama rata-rata
7,2 tahun sehingga totalnya sebanyak 674 pemindaian. Para peneliti lalu
menilai kontribusi relatif dari empat prediktor penyakit yakni lamanya
penyakit, pengobatan antipsikotik, keparahan penyakit, dan perubahan
volume otak dari waktu ke waktu. Diketahui, pasien yang lebih lama
mengikuti masa pengobatan ternyata mengalami pengurangan volume otak.
Pengobatan antipsikotik juga dikaitkan efek samping itu menganalisis
tiga prediktor lain.
Sementara itu, dua variable lainnya yakni
keparahan penyakit dan penyalahgunaan zat, tidak memiliki asosiasi
minimal dengan perubahan otak setelah dilakukan penilaian terhadap efek
dari lamanya penyakit dan pengobatan antipsikotik. Laporan ini telah
dipublikasikan dalam jurnal Archives of General Psychiatry edisi
Februari 2011.
Sementara itu, apakah Anda merasa sekarang ini jadi lambat berpikir? Coba cek, apakah ada penumpukan lemak di perut (visceral fat). Jika jawabnya ya, bisa jadi itulah biang masalah Anda jadi lambat berpikir.
Saat para peneliti memberikan tes memori terhadap orang dewasa paruh
baya diketahui bahwa orang gemuk memiliki aktivitas lebih sedikit atau
kurang di bagian otak yang berkaitan dengan kemampuan mengingat fakta
atau informasi. Dalam penelitian juga diketahui orang yang memiliki
lemak perut akan mengalami penyusutan otak, serta memiliki tingkat
sensitivitas insulin yang buruk. Hal ini menyebabkan fungsi otak menjadi
lebih lambat dan membuat orang tidak bisa berpikir dengan cepat. Nah.
Sebuah studi tahun 2009 yang dilakukan oleh University of Pittsburgh
menemukan bahwa otak dari orang yang memiliki kelebihan berat badan akan
mengalami penyusutan otak sebesar 4 persen, sedangkan orang yang
obesitas (di atas overweight) akan mengalami penyusutan otak sebesar 8
persen.
Sudha Seshadri, MD, seorang profesor neurologi dari
Boston University School of Medicine menuturkan penyebab dari masalah
ini adalah lemak perut dalam yang juga dikenal sebagai lemak visceral (visceral fat). Hasil penelitian ini telah dipublikasikan secara online tahun 2010 di Annals of Neurology.
"Semakin besar jumlah lemak visceral yang dimiliki seseorang akan
membuat otaknya semakin kecil. Volume otak yang kecil ini berhubungan
dengan menurunnya fungsi kognitif (kecerdasan) seseorang," ujar Sudha
Seshadri, MD, seperti dikutip dari WebMD.
Penelitian
sebelumnya juga telah menunjukkan bahaya lain dari lemak di perut, yaitu
dapat meningkatkan risiko serangan jantung, penyakit jantung lain,
diabetes, stroke, demensia (pikun) dan beberapa jenis kanker.
Hal ini dikarenakan lemak perut berhubungan dengan kolesterol tinggi,
insulin tinggi, trigliserida tinggi, tekanan darah tinggi dan masalah
lainnya.
Nah, sudah saatnya menurunkan lemak perut demi kesehatan dan kecerdasan ya.
Sebelumnya,
ketika manusia moderen begitu bangga dengan kecerdasannya, temuan para
ahli menunjukkan volume otak manusia yang hidup 20.000 tahun lalu justru
lebih besar. Tidak tanggung-tanggung, selisihnya hampir sebesar bola
tenis.
"Dalam 20.000 tahun terakhir, volume rata-rata otak
manusia menyusut dari 1.500 cm3 menjadi sekitar 1.350 cm3. Penyusutan
ini terjadi pada pria maupun wanita, tidak peduli dari etnis manapun,"
ungkap Kathleen McAuliffe, antropolog dari University of Wisconsin seperti dikutip dari Dailymail.
Berbagai
spekulasi dikembangkan para ahli untuk menjelaskan temuan yang cukup
mengejutkan tersebut. Salah satunya terkait dengan peradaban masa itu
yang termasuk dalam periode zaman batu tua (Upper Paleolithic).
Pada
masa tersebut, aktivitas manusia purba mengalami peralihan cukup
drastis dari yang semula tinggal di gua menjadi lebih banyak di luar
ruangan. Diduga hawa yang lebih dingin dibanding saat berada di dalam
gua memicu terjadinya adaptasi fisiologis pada ukuran tengkorak manusia.
Teori lain mengatakan, perubahan itu lebih terkait dengan
perubahan pola makan. Dari yang semula hanya makan daging kuda atau
rusa, manusia zaman batu mulai mengolah makanan menjadi lebih mudah
dikunyah. Jarang mengunyah menyebabkan rahang tidak tumbuh dan secara
keseluruhan ukuran tengkorak mengecil.
Spekulasi yang agak berbeda dikembangkan University of Missouri,
yang mengaitkannya dengan kepadatan penduduk. Ketika populasi manusia
dan kompleksitas hubungan dengan masyarakat meningkat, manusia tidak
dituntut untuk terlalu cerdas sehingga volume otak cenderung menyusut.
Namun
teori yang terakhir ini tidak terlalu mendapat dukungan dari ahli yang
lain, sebab volume otak memang tidak selamanya berbanding lurus dengan
tingkat kecerdasan. Faktanya kemampuan dan kreativitas manusia terutama
untuk menggunakan bahasa dalam berkomunikasi terus meningkat dari masa
ke masa.
"Menyusutnya volume otak justru menunjukkan bahwa
manusia moderen makin cerdas. Meski volumenya lebih kecil, otak manusia
bisa bekerja lebih efisien sehingga tidak boros energi," ungkap Dr John
Hawks, antropolog lainnya dari University of Wisconsin. (fn/midt/gh/)
Sumber :http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/38679-wah-ini-loh-yang-bikin-otak-lambat-mikir.html
No comments :
Post a Comment