17.4.11

HYPNOPARENTING

Anak merupakan karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada pasangan suami istri. Setiap pasangan mengharapkan hadirnya seorang anak sebagai penerus keturunan dan pelengkap kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga. Namun demikian, banyak pasangan seringkali lupa bahwa memiliki anak memerlukan kesiapan dari berbagai sisi, baik dari sisi materi maupun fisik, mental dan spiritual.

Bagi pasangan muda, memiliki anak merupakan hal baru yang sangat wajar karena mereka sama sekali belum memiliki pengalaman dalam mengasuh anak. Namun lain halnya apabila ada orang tua yang telah memiliki anak yang sudah dewasa, kadang-kadang tetap tidak mengerti cara mendidik yang baik. Mereka tetap saja heran apabila melihat sang anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginan orangtua, terlebih lagi apabila sang anak melakukan hal yang menyimpang dari kebiasaan.

Menurut penelitian dari psikolog anak, disimpulkan bahwa lebih dari 90% permasalahan anak disebabkan oleh kesalahan atau ketidaktahuan orangtua akan cara komunikasi dan penyampaian nilai yang baik terhadap sang anak. Bagi kebanyakan orangtua, sadar maupun tidak sadar, seringkali memperlakukan anak sebagai "robot" yang bisa diperintah dan harus menjalankan setiap perintah yang diberikan kepadanya. Mereka melupakan bahwa seorang anak juga merupakan suatu individu dalam bentuk lebih kecil yang memiliki, perasaan, keinginan, dan tindakan. Seorang anak membutuhkan perhatian dan kesabaran orang tua dalam menghadapinya.

Dalam hal inilah hypnoparenting hadir untuk menjembatani masalah komunikasi antara orangtua dan anak yang kerap kali terjadi. Hypnoparenting berasal dari kata hypnosis dan parenting. Hypnosis berarti upaya mengoptimalkan pemberdayaan potensi otak bawah sadar (dalam hal ini untuk berkomunikasi) dengan mengistirahatkan potensi otak sadar pada anak. Parenting berarti segala sesuatu yang berurusan dengan tugas-tugas orangtua dalam mendidik, membina, dan membesarkan anak. Pembinaan anak ini terdiri dari tiga bidang, yakni fisik, mental, dan spiritual sejak merencakan kehamilan sampai masa remaja oleh orang-orang di sekitarnya (orang tua, wali, guru, dsb). Dengan demikian, hypnoparenting dapat diartikan sebagai pembinaan anak dengan memperhatikan pengaruh hypnosis untuk selalu menanamkan rekaman/sugesti positif pada jiwa bawah sadar anak. Pikiran anak-anak yang cenderung belum mampu berpikir secara logis, cenderung memberikan respon terhadap stimulus yang diterima, tanpa pertimbangan yang terlalu jauh. Kata-kata, tindakan dan sikap orang tua 95% dan masuk dengan mudahnya ke pikiran bawah sadar anak-anak seolah-olah tanpa disaring. Hal ini disebabkan pada anak-anak irama rekaman otaknya (Elektro Encephalo Graf) masih dominan di Alpha ( 8-12 Hz ) bahkan kemungkinan bisa di tetha ataupun delta.

Menurut Dr Tb. Erwin Kusuma psikiater anak dengan pendalaman Medical hypnotherapist manusia ibarat sebuah komputer yang hidup ciptaan Allah SWT, spirit/bathin berperan sebagai programmer, jiwa bawah sadar sebagai disket dan fisik adalah hasil print out dari rekaman bawah sadarnya. Tentu saja, pembina (orang tua, wali, guru, dsb) sangat diharapkan dalam keadaan sehat dan dewasa jiwanya, sehingga harus hati–hati dengan pikiran, ucapan dan tindakan. Karena anak-anak mudah merekam dan akan menjadi memori jangka panjang terbawa sampai usia remaja bahkan sampai dewasa.

Pada saat bayi didalam kandungan, lahir sampai tumbuh sebagai anak, banyak orang tua sudah melakukan sugesti positif seperti sering mengatakan kalau besar menjadi anak yang cantik, menjadi anak yang soleh, dll. Tapi secara tidak sadar orangtua juga sering melakukan sugesti negatif yaitu apabila melihat anak belajar naik tangga langsung teriak: awas nanti jatuh dan biasanya tidak cukup hanya satu kali tapi tanpa sadar dilakukan berulang-ulang. Dengan melakukan sugesti negatif baik secara sengaja maupun tidak sengaja anak malah bisa benar-benar jatuh.

Sebaiknya sugesti/kalimat yang tepat adalah: “anak yang pintar sedang belajar naik tangga, pegangan ya dan sampai atas dengan selamat. Sampailah dengan selamat.”
Bukan “ Awas kalaun naik tangga kamu bisa terpeleset dan nanti jatuh”


Langkah–langkah dalam hypnoparenting :

* Orang tua/pembina dalam keadaan rileks atau tenang.

* Cari saat yang tepat untuk melakukan induksi/afirmasi: saat anak sedang rileks dan terfokus, saat lelah, sakit, saat menyusui, saat hujan turun, saat bercerita, saat anak butuh bergantung, saat tidur yang dalam

* Gunakan alat bantu induksi misalnya suara detak jam, musik, getaran suara yang hangat dan indah dari orang tua

* Lakukan body contact secara berulang dan monoton: usap–usap kepala, dahi atau punggung.

* Tanamkan kalimat sugesti – afirmasi positif misalnya: anak manis mimpi yang indah dan besok pagi bangun   
   segar, semangat untuk berangkat sekolah

* Kembangkan kata-kata dan tindakan yang positif untuk membentuk jangkar emosi

* Lakukan pengulangan secara konsisten

Dengan uraian mengenai hypnoparenting di atas, sangat diharapkan orangtua semakin menyadari betapa kuatnya pikiran bawah sadar seseorang, dan mulailah dengan berpikir yang positif, bertutur kata yang baik serta memberikan contoh tindakan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Karena sejak dalam kandungan sampai usia 5 tahun adalah masa yang paling penting untuk anak-anak, sebab mereka masih banyak menggunakan unsur perasaannya sehinggga mudah merekam ke pikiran bawah sadarnya.

Dengan melakukan hypnoparenting diharapkan komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak meningkatkan kualitasnya dan mendapatkan anak yang sehat secara fisik, cerdas dan kreatif.
Hipnosis sesungguhnya terjadi setiap hari dalam hidup kita tanpa kita sadari. Karena manusia bertindak dan berperilaku berdasarkan apa-apa yang diatur dan dipikirkan oleh alam sadarnya maupun berdasarkan apa-apa yang diimajinasikan dan diyakini alam bawah sadarnya. Bisa dikatakan bahwa Hipnosis adalah bentuk komunikasi kita dengan dunia alam bawah sadar.

Mempraktikkan Teknik Hypnoparenting
Hypnoparenting sebenarnya bukan teknik yang sama sekali baru dalam mendidik anak. Sehari-hari sebenarnya para orangtua sudah melakukan hypnoparenting bagi anak-anak mereka. Demikian Adjeng Lasmini B Tjahyono, psikolog di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, menjelaskan. Nasehat-nasehat singkat sebelum anak berangkat sekolah seperti, “Hati-hati di jalan ya, Nak,” adalah sebuah contoh sederhana proses hipnosis, yang dilakukan orangtua pada anak-anaknya berulang-ulang setiap hari.
Menyertai kalimat itu, Ibu pun mengelus kepala anak hingga kasih sayang dan ketulusan ibu bisa dirasakan si anak, maka kalimat yang diucapkan itupun bisa lebih mempengaruhi anak. Itulah teknik hypnoparenting paling sederhana yang dilakukan orangtua setiap hari.

Sebelum melakukan hypnoparenting secara lebih sungguh-sungguh, orangtua harus mengerti dirinya sendiri dan kalau memang perlu berubah untuk menjadi lebih baik, maka berubahlah. Sebagaimana konsep parenting manapun, orangtualah yang harus memberdayakan diri sendiri sebelum mengubah perilaku anak.
Ketika orangtua sudah siap maka proses hypnosis pada anak bias dilakukan dengan cara-cara sbb:
1.    Rileks
2.    Waktu yang tepat
3.    Gunakan bantuan
4.    Lakukan Body Contact (Kontak tubuh)
5.    Kalimat sugesti – Afirmasi positif
6.    Pengulangan
7.    Tetap berpikir positif

 RILEKS
Saat melakukan proses hipnosis orangtua dan anak seharusnya dalam keadaan rileks, santai dan tenang. “Jadi kita memanfaatkan efeknya. Bioelektromagnetik yang terjadi karena si orangtua rileks itu yang ditangkap oleh anak. Jadi aura kasih sayang itu tertangkap oleh anak. Maka anak itu juga akan memberikan feedback positif,” papar Adjeng Lasmini.
 Kondisi rileks bisa didapatkan dan diusahakan orangtua dalam kegiatan sehari-hari, seperti olah raga, mendengarkan musik, melakukan perawatan diri atau rekreasi. Bila ingin lebih terprogram untuk mendapatkan efek rileks orangtua bisa mengikuti program rileksasi otot, nafas dan pikiran.

 WAKTU YANG TEPAT
 Waktu yang efektif untuk melakukan hipnosis adalah saat anak dalam keadaan terfokus dan saat tidur. Lebih detail Adjeng menjelaskan waktu hypnosis yang bisa dilakukan saat anak sedang rileks dan terfokus, saat lelah, saat sakit, saat tengah menyusui, saat hujan turun, saat bercerita, saat anak butuh bergantung, dan saat tidur yang dalam.
 Dr Nurcholis Majid, M Kes, hipnoterapis dan trainer for hypnotherapy and hypnosis, menambahkan bahwa memang waktu untuk melakukan hypnosis tak harus menjelang tidur atau bangun tidur. Pada saat anak bermain pun, selama dia hanya focus ke satu titik hipnosis bisa dilakukan.
 Baik Adjeng maupun Nurcholis sama-sama mengingatkan untuk menghindari anak-anak tidur di depan televisi yang masih hidup. Dikhawatirkan pada waktu menjelang tidur – yaitu saat anak-anak mulai memasuki kondisi alpha dan waktu yang tepat dilakukan hypnosis – ternyata dimasuki tayangan televisi di depannya, yang amat mungkin bermuatan negatif. Hingga bukan tak mungkin nilai itu diserap di alam bawah sadarnya.

 GUNAKAN BANTUAN
 Agar lebih memberi efek, maka  proses hypnosis itu disertai juga dengan suara-suara yang membantu, misalnya detak suara jam, musik atau suara indah ayah dan ibu.

LAKUKAN BODY CONTACT
 Kontak tubuh ini harus dilakukan berulang-ulang dan monoton, misalnya usap-usap kepala dan dahinya atau punggungnya. Bisa dilakukan saat anak dalam kondisi tidur yang dalam atau kondisi lainnya.
Pada kondisi memungkinkan, kontak tubuh yang disertai sugesti bisa dilakukan seperti mengajak anak tos, jabat tangan atau genggam tangan.

 KALIMAT SUGESTI – AFIRMASI POSITIF
Selalu gunakan kalimat-kalimat positif saat melakukan hipnosis. Seperti pada contoh orangtua yang melepas anak-anaknya ke sekolah tadi, “Hati-hati di jalan,” yang merupakan kalimat positif.
Jangan ucapkan, “Hati-hati ya…Jalan yang benar, kalau tidak nanti kamu bisa ditabrak.” Ini menandakan kecemasan orangtua yang bias ditangkap anak sehingga malah bersugesti negatif. Sebab ada kemungkinan daya kritis anak sedang turun, sehingga kata-kata negatif itulah yang terserap.   Kata-kata tidak atau jangan sebaiknya juga dihindari, karena ada kemungkinan anak tidak bisa merangkum keseluruhan kata dalam proses hipnosis dirinya. Misalnya, contoh kata “tidak cemas” atau ”jangan cemas”. “Kalau tingkat kedalaman hipnosisnya sudah dalam, otaknya tidak mampu lagi merangkum kedua kata jadi satu. Yang tertangkap adalah kata ‘tidak’ dan ‘cemas’ yang justru berarti cemaslah.
Untuk amannya, maka sebaiknya selalu gunakan kata atau kalimat positif karena orangtua tak selalu tahu apakah si anak dalam kondisi hipnosis yang masih dangkal atau sudah dalam. Jadi lebih baik gunakan kalimat ‘semakin rajin dan semangat’, daripada kalimat ‘tidak malas lagi’.
Lalu hindari pula kata ‘akan’ karena menyiratkan suatu proses atau sesuatu yang belum terjadi. Kalimat ‘kalau kamu bangun pagi kamu akan tidak rewel’, sebaiknya diga nti dengan ‘setiap kamu bangun tidur, kamu senang’.
Gunakanlah kalimat-kalimat  yang pendek dan sederhana agar mudah ditangkap anak. Misalnya untuk anak yang tidak suka susu, katakan saja ‘susu itu enak, susu itu enak’. Begitu berulang-ulang.

 PENGULANGAN (REPETISI)
Ulangi semua proses itu berkali-kali secara konsisten. Sebaiknya beri  waktu dari satu sugesti ke sugesti untuk kasus berlainan. Misalnya dua bulan ini orangtua menghipnosis anak agar sembuh dari mengompol, baru setelah dua bulan itu orangtua menghipnosis agar anak suka makan sayur, misalnya.

TETAP BERPIKIR POSITIF
 Perlu dipahami para orangtua bahwa proses hipnosis pada anak ini bukan proses sulap, dimana perubahan terjadi dalam waktu singkat. Kekonsistenan orangtua dalam melakukan hypnosis, sekaligus juga menciptakan lingkungan yang baik bagi perubahan anak harus terus dilakukan waktu demi waktu. Misalnya kalau anak disugesti untuk rajin belajar, maka ciptakanlah suasana yang menyenangkan untuk belajar, sementara orangtua juga harus mencontohkan bagaimana mereka juga tampak senang belajar.
Bila belum terjadi perubahan tetaplah berpikir positif, bahwa kelak anak akan berubah jadi lebih baik. Jangan sampai orangtua memandang negatif anak karena belum juga ada perubahan.
Jadi tetaplah konsisten dan berilah teladan.

No comments :

Post a Comment